Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan

Sejarah Sembilan Wali / Walisongo (wali9)

“Walisongo” berarti sembilan orang wali”
Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel,Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus,Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saatyang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitanerat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid
Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana MalikIbrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yangberarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalahanak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus muridSunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus muridSunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain,kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hinggapertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. YakniSurabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di JawaTengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektualyang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkanberbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam,niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikanpaling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang keseluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jatibukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri,Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yangpengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muriaadalah pendamping sejati kaum jelata.Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalambudaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Merekaadalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentubanyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yangsangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, jugapengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwahsecara langsung, membuat “sembilan wali” ini lebih banyak disebutdibanding yang lain.Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalampenyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkandiri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giriyang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hinggaSunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansayang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha.Maulana Malik Ibrahim (1)Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandydiperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikutipengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadiAsmarakandiMaulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi.Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara denganMaulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dariSunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorangulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap diSamarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw.Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja,selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putriraja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenaldengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasacukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M MaulanaMalik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapaorang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerahyang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalosekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utarakota Gresik.Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagangdengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokokdengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim jugamenyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagaitabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yangberasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masihkerabat istrinya.Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Iamerangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Makasempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakatsekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perangsaudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agamadi Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kiniterdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.Sunan Ampel (2)Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad TanahJawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengannama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampelsendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Didaerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dariSurabaya (kota Wonokromo sekarang)Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawapada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440,sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahundi Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergike Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernamaDwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragamaHindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dariperkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri.Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan SunanDrajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kotaKudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnyakerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnyaRaden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untukmenjadi Sultan Demak tahun 1475 M.Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan RajaMajapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula iamerangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantrentersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayahNusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah SunanGiri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untukberdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada parasantrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankanpada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah“Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, mohmadon). Yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minumankeras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina.”Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dandimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.Sunan Giri (3)Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin.Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Adajuga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan denganmasa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya–seorangputri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Pakukemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versiMeinsma).Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara sekandung Maulana MalikIbrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagalmengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluargaisterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel,tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malakadan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerahperbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukitadalah “giri”. Maka ia dijuluki Sunan Giri.Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikandalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat.Raja Majapahit -konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskanpemberontakan- memberi keleluasaan padanya untuk mengaturpemerintahan. Maka pesantren itupun berkembang menjadi salah satupusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpinpemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa,waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, SunanGiri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militerKesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak.Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui jugasebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya,Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentangkolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18.Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islamyang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura,Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke SulawesiSelatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giriyang berasal dari Minangkabau.Dalam keagamaan, ia dikenal karena pengetahuannya yang luas dalamilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abdul Fakih.Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak sepertiJelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasiSunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagibernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.Sunan Bonang (4)Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana MalikIbrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahirdiperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila,puteri seorang adipati di TubanSunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian iaberkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen,Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatanSunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Carapenyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yangkesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnyapemeluk teguh-menunjuknya.Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah denganmemanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dariarsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasanwudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromiyang dilakukan Sunan Kudus.Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjidmendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinyayang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hinduyang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah merekamendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarahyang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagianmasyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisahtersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarikuntuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknyamengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Denganbegitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus.Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima PerangKesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinanSultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.Sunan Kalijaga (5)Dialah “wali” yang namanya paling banyak disebutmasyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalahArya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontakMajapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telahmenganut IslamNama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memilikisejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, PangeranTuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkutasal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusunKalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebondan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawamengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam (‘kungkum’)di sungai (kali) atau “jaga kali”. Namun ada yang menyebutistilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli dzaqa” yang menunjukstatusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan.Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit(berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten,bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiranKerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pulamerancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak.Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiangutama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligussahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung“sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaansemata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untukberdakwah.Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwamasyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harusdidekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. SunanKalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinyakebiasaan lama hilang.Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkanIslam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suarasuluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaansekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk JadiRaja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringinserta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati diJawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalahAdipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang(sekarang Kotagede – Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu-selatan Demak.nSunan Gunung Jati (6)Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan GunungJati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalananspiritual seperti Isra’ Mi’raj, lalu bertemu Rasulullah SAW,bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (BabadCirebon Naskah Klayan hal.xxii).Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu padaSunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullahdiperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai RaraSantang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkanayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesirketurunan Bani Hasyim dari Palestina.Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahundari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara.Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalanganulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenalsebagai Kasultanan Pakungwati.Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya “walisongo” yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkanpengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam daripesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan.Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yanglugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastrukturberupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati jugamelakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum,menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudianmenjadi cikal bakal Kesultanan Banten.Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untukhanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada PangeranPasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah GunungSembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dariarah barat.Sunan Drajat (7)Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian iabersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yangbergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 MSunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untukberdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian terdampar diDusunJelog –pesisir Banjarwati atau Lamongan sekarang. Tapi setahunberikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan danmendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama DesaDrajat, Paciran-Lamongan.Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil caraayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipundemikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yangdilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk.Maka ia menggubah sejumlah suluk, di antaranya adalah suluk petuah“berilah tongkat pada si buta/beri makan pada yang lapar/beripakaian pada yang telanjang’.Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang sukamenolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara anak-anakyatim-piatu dan fakir miskin.Sunan Kudus (8)Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung danSyarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwaSunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yangberkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkatmenjadi Panglima PerangSunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian iaberkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen,Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatanSunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Carapenyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yangkesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnyapemeluk teguh-menunjuknya.Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah denganmemanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dariarsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasanwudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromiyang dilakukan Sunan Kudus.Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjidmendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinyayang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hinduyang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah merekamendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yangberarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakattradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisahtersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarikuntuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknyamengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Denganbegitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus.Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima PerangKesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinanSultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.Sunan Muria (9)Ia putra Dewi Saroh –adik kandung Sunan Giri sekaligus anakSyekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalahRaden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya dilereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota KudusGaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga.Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal didaerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkanagama Islam.Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkanketerampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalahkesukaannya.Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalamkonflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagaipribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnyamasalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semuapihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juanahingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seniadalah lagu Sinom dan Kinanti.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KEBERAGAMAN BUDAYA

Berdasarkan uraian terdahulu mengenai pengertian kebudayaan dapat
disimpulkan bahwa kebudayaan adalah hasil pengetahuan manusia
sebagai makhluk sosial. Dengan demikian kebudayaan itu tidak diperoleh
melalui warisan genetika yang ada di dalam tubuh manusia, melainkan
diperoleh lewat kedudukan manusia sebagai makhluk sosial. Hal ini
berarti bahwa kebudayaan diperoleh manusia melalui proses belajar dari
lingkungannya. Dari hasil belajar, manusia dapat memperoleh,
menambah atau mungkin mengurangi berbagai macam pengetahuan dan
pengalamannya.
Bangsa Indonesia dikenal dengan masyarakatnya yang memiliki
kebudayaan yang beraneka ragam. Pada setiap daerah masyarakat kita
mengembangkan kebudayaan masing-masing. Kebudayaan yang
dikembangkan di daerah-daerah dinamakan kebudayaan daerah. Secara
nasional masyarakat bangsa kita juga mempunyai kebudayaan nasional.
Kebudayaan nasional merupakan puncak-puncak kebudayaan di daerah.
Akhir-akhir ini muncul kebudayaan populer, terutama di kota-kota besar.
Untuk memahami masing-masing kategori kebudayaan tersebut,
pelajarilah uraian berikut dengan seksama !


Kebudayaan Daerah
Indonesia merupakan negara kepulauan. Wilayah negara kita terdiri atas
berbagai suku bangsa dengan budaya yang beraneka ragam. Kebudayaan
masing-masing daerah dianggap sebagai kebudayaan daerah.
Kebudayaan daerah merupakan hasil gagasan dan tindakan dari daerah
yang bersangkutan, sehingga menjadi ciri dan kebanggaan
masyarakatnya. Ciri-ciri yang nampak umum pada kebudayaan daerah
adalah sebagai berikut.
(1) Pakaian, perumahan, alat-alat yang mereka pakai sehari-hari dan
sebagainya yang berbeda dengan yang terdapat di kebudayaan lain.
(2) Bahasa mereka yang dipakai di lingkungan mereka sendiri merupakan
bahasa khas, seperti Jawa, Sunda, dan sebagainya. Bahasa daerah
juga mencakup dialek-dialek atau percampuran dari bahasa-bahasa
itu yang terdapat di daerah-daerah perbatasan, seperti di daerah
Cirebon, Banyuwangi, dan sebagainya.
(3) Perkawinan berlangsung antaranggota suku di daerah mereka saja.
Akibat sistem perkawinan demikian naka tidak terjadi proses
Suku Sunda dan Betawi
Suku Jawa (Yogyakarta)
Kalimantan Selatan
percampuran dengan masyarakat dari daerah lain. Sistem perkawinan
yang demikian itu dan karena berlangsung terus-menerus dalam
waktu yang cukup lama menghasilkan corak-corak khas ragawi.
Misalnya satu suku tertentu menunjukkan bentuk muka dan
perawakan yang berbeda jika dibandingkan dengan bentuk muka dan
perawakan suku lain. Sebagai contoh orang-orang dari suku-suku
yang tinggal di Papua berambut keriting, sedangkan suku-suku yang
tinggal di pulau Kalimantan tidak demikian.
Di samping terdapat ciri-ciri umum seperti yang dijelaskan di atas,
terdapat pula ciri khusus, misalnya kesenian daerah. Kesenian daerah
merupakan hal yang penting dalam mewujudkan kebudayaan nasional,
karena kebudayaan nasional merupakan hasil dari berbagai kebudayaan
di daerah. Oleh karena itu proses perwujudan kebudayaan nasional perlu
integrasi dari unsur-unsur kebudayaan daerah. Dalam hal ini kebudayaan
daerah berperan memperkaya kebudayaan nasional. Maka dari itu pihakpihak
yang bergerak dalam bidang kebudayaan daerah harus
mengarahkan tujuannya pada dua hal yang jelas.
(1) Mengupayakan agar kebudayaan daerah itu menjadi identitas
dan kebanggaan masyarakat dari daerah pendukungnya,
sehingga berfungsi dan merasa manfaat di daerah.
(2) Mengupayakan agar unsur-unsur kebudayaan daerah itu
dijadikan bahan untuk dijadikan kebudayaan nasional, sehingga
berfungsi dan terasa manfaatnya secara nasional.
Kebudayaan Nasional
Hingga saat ini masih banyak kalangan yang mempertanyakan apa
benar kebudayaan nasional itu ada. Mereka beranggapan bahwa
kebudayaan yang ada pada masyarakat kita itu dikembangkan oleh
masyarakat di daerah-daerah. Kebudayaan yang demikian itu adalah
kebudayaan daerah.
Kebudayaan nasional itu memang ada. Mari kita perhatikan bunyi salah
satu pasal dalam UUD 1945: “Pemerintah memajukan kebudayaan
nasional Indonesia (Pasal 32). Makna pasal 32 UUD 1945 itu adalah
bahwa kebudayaan nasional itu ada dan pemerintah harus
memajukannya. Mengapa harus dimajukan ? Sebab kebudayaan
nasional adalah identitas kita sebagai suatu bangsa. Sama halnya
dengan kebudayaan daerah yang merupakan identitas suku, maka
kebudayaan nasional adalah identitas kita sebagai bangsa, sehingga
perlu kita kembangkan. Maka dari itu pemerintah bersama seluruh
lapisan masyarakat memajukan kebudayaan nasional tersebut.
Pertanyaan yang muncul adalah yang mana yang kita anggap sebagai
kebudayaan nasional atau kebudayaan bangsa itu ? Kebudayaan
nasional atau kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul
sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan
lama dan asli yang telah terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan
di daerah-daerah seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan
bangsa. Di samping itu pengaruh-pengaruh yang positif dari
kebudayaan asing yang dapat memperkaya kebudayaan nasional kita
pandang sebagai kebudayaan nasional juga.
Dengan demikian, menurut Undang-Undang Dasar 1945 bahwa
kebudayaan nasional berasal dari kebudayaan daerah dan unsur-unsur
kebudayaan asing yang sifatnya positif sebagai hasil seleksi dengan
mengambil unsur-unsur yang diperlukan untuk pembangunan nasional.
Maka tepatlah jika dikatakan bahwa kebudayaan nasional itu “tidak
serba asli dan tidak serba asing”.
Contoh:
Bahasa Indonesia merupakan salah satu unsur kebudayaan nasional.
Bahasa Indonesia berkembang dari bahasa Melayu (asli) dan unsurunsur
serapan dari bahasa-bahasa asing (Inggris, Belanda, Arab, India,
dan lain-lain). Sebagai unsur kebudayaan nasional bahasa Indonesia
berfungsi sebagai alat komunikasi antar suku bangsa, sehingga bahasa
Indonesia merupakan alat pemersatu bangsa. Dalam UUD 1945
ditegaskan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa negara.
Sekalipun kita mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa negara,
namun bahasa-bahasa yang ada di daerah-daerah (bahasa daerah)
tetap hidup. Simaklah pernyataan dalam Penjelasan UUD 1945 berikut
ini:
Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh
rakyatnya dengan baik-baik (misalnya bahasa Jawa, Sunda, Madura dan
sebagainya), bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh
negara. Bahasa-bahasa itu pun merupakan bagian dari kebudayaan
Indonesia yang hidup.
Kalian dapat mencari contoh lain dari unsur-unsur kebudayaan nasional
kita. Coba lakukan bersama teman belajarmu. Catatlah unsur-unsur
kebudayaan nasional yang dapat kalian temukan. Kemudian sampaikan
hasil temuan kalian tersebut di kelas pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
Uraian berikut sebagai bahan pengayaan bagi kalian untuk lebih
memahami bagaimana para cendekiawan kita sebelum Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 mencari jati diri kebudayaan nasional.
Pada Permusyawaratan Perguruan Indonesia yang diselenggarakan di
kota Solo pada tahun 1935 terdapat sejumlah tokoh yang berbicara
mengenai kebudayaan nasional tersebut. Tokoh-tokoh tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Sutan Takdir Alisjahbana
Beliau menyatakan bahwa kebudayaan nasional Indonesia sebagai
suatu kebudayaan yang universal (barat). Unsur-unsur yang
dikreasikan terutama yang masih langka dimiliki masyarakat
Indonesia masa itu, antara lain : (1) teknologi (maju), (2) ekonomi
(maju), (3) keterampilan berorganisasi, dan (4) ilmu pengetahuan.
Upaya mengkreasi ke arah itu dapat dicapai lewat usaha
mempertajam rasio (akal) masyarakat Indonesia dengan mengambil
alih dinamisme barat.
2. Sanusi Pane
Beliau menyatakan bahwa kebudayaan nasional Indonesia sebagai
kebudayaan Timur. Kebudayaan dimaksud harus mementingkan
unsur-unsur kerohanian, perasaan, dan gotong-royong. Di samping
itu manusia Indonesia tidak boleh melupakan alur sejarahnya.
3. Poerbatjaraka
Beliau menyatakan bahwa kebudayaan nasional Indonesia harus
berakar pada kebudayaan Indonesia sendiri, artinya harus berakar
pada kebudayaan suku-suku bangsa yang ada di Nusantara.
Dianjurkan pula agar manusia Indonesia banyak mempelajari
sejarah kebudayaan sendiri.
4. Ki Hajar Dewantara
Pendapatnya hampir sama dengan Poerbatjaraka, yaitu bahwa
kebudayaan nasional Indonesia adalah puncak-puncak kebudayaan
daerah. Dalam hal ini Ki Hadjar Dewantara telah memasukan aspek
mutu, karena ungkapan puncak berarti unsur-unsur kebudayaan
daerah yang paling tinggi mutunya.
Konsep dari Sutan Takdir Alisjahbana dan Poerbatjaraka
nampaknya terdapat semacam kompromi, yaitu dengan mengusulkan
suatu gagasan mengenai pendidikan nasional yang harus didasarkan
pada kebudayaan Indonesia. Kebudayaan yang dimaksud adalah
kebudayaan yang memiliki inti (kultur), sedangkan kulit bersifat
peradaban barat. Dengan demikian, dibuat pernyataan bahwa kultur
Indonesia dan peradaban (boleh) Barat. Konsep-konsep tersebut
akhirnya tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 mengenai
kebudayaan nasional.
Seorang ahli antropologi Indonesia Koentjaraningrat menjelaskan
mengenai fungsi kebudayaan nasional sebagai berikut.
(1) Kebudayaan Nasional merupakan suatu sistem gagasan dan
pralambang yang memberikan identitas kepada warga negara
Indonesia.
(2) Kebudayaan Nasional merupakan suatu sistem gagasan dan
pralambang yang dapat dijadikan atau dipakai oleh semua warga
negara Indonesia yang Bhinneka itu saling berkenalan dan dengan
demikian dapat memperkuat kesetiakawanan atau solidaritas.
Lebih lanjut Koentjaraningrat menjelaskan bahwa suatu unsur
kebudayaan dapat berfungsi menjadi unsur kebudayaan nasional, jika
memiliki tiga syarat sebagai berikut.
(1) Hasil karya rakyat Indonesia atau hasil karya jaman lampau yang
berasal dari daerah-daerah yang sekarang termasuk wilayah
Indonesia.
(2) Hasil karya rakyat Indonesia dengan tema pikirannya harus
mengandung ciri-ciri khas Indonesia.
(3) Hasil karya rakyat Indonesia yang menjadi kebanggaan banyak
orang dan oleh karenanya mereka mengidentifikasikan dirinya pada
unsur-unsur kebudayaan tersebut.
Kebudayaan Populer
Kebudayaan populer sering kali disingkat menjadi kebudayaan pop.
Kebudayaan ini tidak dapat dikatakan sebagai kebudayaan yang serius
dan mapan. Walaupun demikian kebudayaan ini melekat di masyarakat
dengan sifat yang relatif berubah-ubah. Sebagai contoh mode atau
fashion, hanya berlaku pada saat tertentu saja, sehingga dinamakan
kebudayaan pop.
Kebudayaan pop diciptakan tidak sejalan dengan norma-norma resmi dari
kebudayaan tinggi dan tidak pula mendapat pengakuan dari kaum elite
kebudayaan. Untuk memahami apa itu kebudayaan pop lihat saja
misalnya lagu pop. Lagu pop hanya ramai dan diminati orang pada saat
tertentu saja, setelah lewat beberapa waktu maka lagu tersebut
dilupakan. Demikian halnya kebudayaan pop dinamakan demikian sebab
kebudayaan yang demikian itu tidak bertahan lama.
Agar kamu mengetahui lebih jauh tentang kebudayaan pop, mari kita
perhatikan contoh-contohnya berikut ini.
Pakaian
?
Jenis lagu atau musik.
?
Bacaan novel.
?
Istilah dalam bahasa.
?
Perilaku.
?
Penampilan.
?
Film.
?
Berdasarkan contoh-contoh tadi, maka kebudayaan pop merupakan
kebudayaan yang ada di dalam masyarakat tetapi tidak melekat dan tidak
diterima secara umum. Kebudayaan pop biasanya berlaku pada usia
tertentu, kelompok tertentu, jenis kelamin tertentu, atau generasi
tertentu.
Contoh:
(1) Pakaian yang dikenal dengan sebutan “you can see” hanya
digandrungi oleh kalangan remaja putri, kaum ibu tidak menyukainya.
Dengan demikian pakaian jenis itu hanya disukai kelompok usia
tertentu saja.
(2) Jenis musik keras yang beraliran “metal” hanya disukai kalangan
remaja, terutama remaja putra. Produk kebudayaan pop ini pun
hanya disukai oleh kelompok usia tertentu saja.
(3) Mode celana panjang pria misalnya saling berganti muncul dan
tenggelam. Pada era tahun 70-an para remaja putra amat menyukai
celana panjang “cut bray”, lalu berganti dengan “bray bray”. Agak
mendekati era tahun 90-an munculah model celana “bagy”, lalu “semi
bagy”, dan seterusnya.
Kebudayaan pop dapat juga disebut sebagai kebudayaan massa.
Kebudayaan massa lahir sebagai hasil lingkungan industri yang telah
berkembang. Dalam hubungan ini kebudayaan massa merupakan bagian
dari kegiatan komersial dari para pengusaha. Oleh karena itu kebudayaan
pop atau kebudayaan massa memiliki sifat sebagai berikut:
(1) komersial,
(2) menghibur,
(3) populer, dan
(4) modern.
Kebudayaan pop bermula muncul di daerah perkotaan, kemudian
menyebar ke pinggiran kota. Bahkan masyarakat pedesaan juga ikutikutan
meniru perilaku masyarakat perkotaan, terutama dalam hal gaya
hidup yang dianggapnya modern. Dengan demikian, kebudayaan pop
merupakan produk kota yang menyebar ke pedesaan sambil
menyebarkan:.
Cita-cita kota.
?
Gaya hidup kota, dan
?
Harapan-harapan kota.
?
Munculnya kebudayaan pop di perkotaan berawal dari pertambahan
penduduk kota. Pertambahan penduduk kota akibat perpindahan
penduduk dari perdesaan ke perkotaan dikenal degan sebutan urbanisasi.
Kebudayaan yang hidup dalam masyarakat perkotaan, lambat laun akan
diserap oleh para pendatang. Dengan demikian proses urbanisasi itu
bukan saja menghasilkan urbanisasi fisik (menjadi penduduk perkotaan)
juga akan terjadi urbanisasi mental (meniru gaya hidup perkotaan).
Kehidupan perkotaan menuntut penduduknya untuk memilih gaya hidup
yang beraneka macam dan bersifat konsumtif. Gaya hidup demikian
merupakan budaya yang sebelumnya tidak dikenal, atau sebagai
kebudayaan baru. Gaya hidup konsumtif ini memang tersedia dan
ditawarkan dalam berbagai media massa untuk dibeli dan dinikmati oleh
mereka yang memiliki uang. Oleh karena itu adanya gaya hidup seperti ini
akan terjadi pengelompokan masyarakat berdasar kekuatan ekonomi
dengan gaya hidup masing-masing.
Gaya hidup beberapa kelompok masyarakat kota yang eksklusif dianggap
sebagai lambang masyarakat modern. Gaya hidup ini tidak memiliki
kemapanan sebagai budaya yang tinggi, melainkan bersifat hanya sesaat.
Pada waktu yang lain gaya hidup tersebut dapat tergantikan oleh gaya
hidup yang berbeda, apabila datang gaya hidup yang dianggapnya lebih
baik.
Contoh:
1) Mode (fashion) merupakan kebudayaan pop yang terus berubah sesuai
dengan selera masyarakat yang berlaku pada suatu saat. Perubahan
mode pakaian yang sangat mencolok atau cepat sekali mengalami
perubahan adalah mode pakaian wanita, dengan segala bentuk dan
waktu untuk dipakainya. Misalnya, di luar pakaian seragam dan
kedinasan seperti :
pakaian pengantin,
?
pakaian untuk santai (casual),
?
pakaian pesta,
?
pakaian siang,
?
pakaian malam,
?
pakaian berdasarkan musim.
?
2) Dalam bidang kesenian, banyak sekali mengalami perkembangan dan
perubahan dari waktu ke waktu, baik seni tradisional maupun seni
yang berasal dari barat. Perubahan yang terjadi pada seni tradisional
sangat mencolok. Di Jawa Barat, misalnya, terdapat sebuah kesenian
tradisional yang bernama “Wayang Golek”. Pada mulanya wayang
golek dipertontonkan pada malam hari. Cerita yang dimainkan penuh
dengan falsafah hidup. Dalam cerita itu mengandung pertikaian
antara kebaikan dengan keburukan. Pada akhir cerita kebaikan selalu
tampil sebagai pemenang. P ada saat larut malam baru keluar
“panakawan”, yakni tokoh jenaka yang menghibur penonton agar
tidak mengantuk.
Lama kelamaan wayang golek bergeser dari pakem dan menjadi
kebudayaan pop dengan tujuan agar tidak ditinggalkan oleh masyarakat
penontonnya. Maka muncullah wayang golek modern dengan suasana
yang lebih hidup. Wayang golek modern dimainkan oleh empat orang
dalang pada panggung pertunjukkan yang luas. Alur cerita pun dikemas
sedemikian rupa sehingga lebih atraktif dan jenaka. Para panakawan
tidak lagi muncul pada tengah malam, akan tetapi sudah dapat muncul
pada awal-awal pagelaran. Walaupun demikian falsafah hidup masih
tetap dimasukkan ke dalam cerita yang sedang berlangsung. Selain itu,
untuk memeriahkan suasana pertunjukkan, maka dibuatlah kreasikreasi
yang membuat kagum penonton seperti, kepala pecah, muntah
mie, muntah darah (menggunakan air minuman ringan yang merah),
kepala terbakar, dan lain-lain. Inilah salah satu bentuk pergeseran
kesenian tradisional menjadi kebudayaan pop yang disesuaikan dengan
perkembangan dan keinginan masyarakat, sehingga masyarakat tetap
mencintai kesenian tradisionalnya.
3) Dalam hal seni musik, terjadi pula banyak perubahan terutama pada
jenis aliran musik. Jenis aliran musik yang selalu berganti-ganti
penggemar di antaranya adalah dangdut, rock and roll, pop, jazz,
country, dan rock.
Contoh:
Pada saat perang mempertahankan kemerdekaan (1945 – 1950)
?
telah muncul lagu-lagu perjuangan karangan Ismail Marzuki. Pada
saat itu lagu-lagu tersebut dinyanyikan dalam irama keroncong.
Kemudian iramanya banyak diubah menjadi lagu pop. Hingga
sekarang lagu-lagu Ismail Marzuki dapat dinyanyikan sebagai lagu
keroncong dan lagu pop.
Pada tahun 1960-an mulai banyak digemari jenis lagu pop yang
?
berasal dari barat maupun dari Indonesia sendiri yang terus
bertahan hingga sekarang. Kemudian muncul musik dari barat
sebagai aliran musik baru yang dibawa oleh the Beatles yaitu rock
and roll. Jenis aliran musik yang lain seperti Rock, pernah berjaya
di pertengahan dekade 70-an sampai awal dekade 80-an. Jenis
aliran jazz atau country perkembangannya biasa-biasa saja, karena
penggemarnya pun terbatas dan tidak sebanyak musik pop
ataupun rock. Pada akhir 80-an muncul jenis musik yang sangat
hingar bingar melebihi musik rock yang digemari oleh anak-anak
muda seusia anak SMU yang dikenal dengan nama jenis aliran
metal. Dengan demikian, bahwa jenis-jenis musik dan alirannya di
Indonesia mengalami turun naik yang sejalan dengan kesenangan
anak muda saat itu. Akhir-akhir ini muncul pula jenis musik yang
menggabungkan beberapa aliran yang dikenal dengan sebutan
musik alternatif.
Perkembangan musik di Indonesia yang paling menarik adalah
?
jenis aliran musik dangdut. Musik ini merupakan perpaduan antara
musik melayu dengan musik yang berasal dari India, kemudian
dikemas sedemikian rupa hingga menjadi musik dangdut. Pada
mulanya musik dangdut hanya berkembang di kalangan kelas
bawah. Selanjutnya musik dangdut berkembang mencapai kelas
menengah berkat kegigihan para musisi, penyanyi yang berjuang
ke arah itu.
Demikianlah kondisi musik di Indonesia muncul dan tenggelam
tergantung pada selera masyarakat sebagai pendukungnya. Walaupun
demikian terdapat aliran musik yang bertahan dengan lagu-lagu yang
relatif abadi dan tidak menjadi kebudayaan pop yakni aliran musik
keroncong, seriosa dan klasik.
Berdasarkan uraian di atas kita dapat menarik kesimpulan tentang
perbedaan antara kebudayaan tinggi dengan kebudayaan pop sebagai
berikut.
(1) Kebudayaan tinggi adalah kebudayaan yang menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat dan masyarakat sendiri yang mencipta,
mempertahankan, bahkan mengembangkan budaya yang merupakan
bagian dari kehidupannya.
(2) Kebudayaan pop adalah cuplikan atau bagian dari kebudayaan tinggi
yang sifatnya serba relatif dan selalu berubah, tergantung pada
waktu, tempat, dan pendukungnya.
(3) Kebudayaan pop merupakan kebudayaan yang berlaku pada waktu
yang singkat, kemudian akan dilupakan. Walaupun demikian
kebudayaan ini penting sebagai hiburan masyarakat yang selalu
menginginkan perubahan dan hal-hal yang baru. Sehingga pada
tingkatan yang komersial bahwa kebudayaan tidak semata-mata
sebagai hasil inovasi kreasi manusia saja, melainkan perlu
memperhitungkan daya beli konsumen yang akan membeli hasil
ciptaan tersebut. Dengan kata lain, “kebudayaan tinggi peranan
utamanya ada pada produsen, maka kebudayaan pop lebih ditentukan
oleh para konsumen”.
c. Rangkuman Materi 3
1. Bangsa Indonesia dikenal dengan masyarakatnya yang memiliki
kebudayaan yang beraneka ragam. Pada setiap daerah masyarakat
kita mengembangkan kebudayaan daerah, secara nasional
masyarakat bangsa kita juga mempunyai kebudayaan nasional, dan
akhir-akhir ini muncul kebudayaan populer, terutama di kota-kota
besar.
2. Kebudayaan daerah merupakan hasil gagasan dan tindakan dari
daerah yang bersangkutan, sehingga menjadi ciri dan kebanggaan
masyarakatnya. Pihak-pihak yang bergerak dalam bidang kebudayaan
daerah harus mengarahkan tujuannya pada dua hal: (a)
Mengupayakan agar kebudayaan daerah itu menjadi identitas dan
kebanggaan masyarakat dari daerah pendukungnya, sehingga
berfungsi dan merasa manfaat di daerah; (b) Mengupayakan agar
unsur-unsur kebudayaan daerah itu dijadikan bahan untuk dijadikan
kebudayaan nasional, sehingga berfungsi dan terasa manfaatnya
secara nasional.
3. Kebudayaan nasional ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah
usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan
asli yang telah terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di
daerah-daerah seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan
bangsa. Di samping itu pengaruh-pengaruh yang positif dari
kebudayaan asing yang dapat memperkaya kebudayaan nasional kita
pandang sebagai kebudayaan nasional juga. Oleh karena itu
kebudayaan nasional dikatakan “tidak serba asli dan tidak serba
asing”.
4. Fungsi kebudayaan nasional merupakan: (a) suatu sistem gagasan
dan pralambang yang memberikan identitas kepada warga negara
Indonesia; (b) suatu sistem gagasan dan pralambang yang dapat
dijadikan atau dipakai oleh semua warga negara Indonesia yang
Bhinneka itu saling berkenalan dan dengan demikian dapat
memperkuat kesetiakawanan atau solidaritas.
5. Suatu unsur kebudayaan dapat berfungsi menjadi unsur kebudayaan
nasional, jika memiliki tiga syarat sebagai berikut: (a) hasil karya
rakyat Indonesia atau hasil karya jaman lampau yang berasal dari
daerah-daerah yang sekarang termasuk wilayah Indonesia; (b) hasil
karya rakyat Indonesia dengan tema pikirannya harus mengandung
ciri-ciri khas Indonesia; (c) hasil karya rakyat Indonesia yang menjadi
kebanggaan banyak orang dan oleh karenanya mereka
mengidentifikasikan dirinya pada unsur-unsur kebudayaan tersebut.
(4) Kebudayaan pop adalah cuplikan atau bagian dari kebudayaan tinggi
yang sifatnya serba relatif dan selalu berubah, tergantung pada
waktu, tempat, dan pendukungnya. Kebudayaan pop merupakan
kebudayaan yang berlaku pada waktu yang singkat, kemudian akan
dilupakan. Walaupun demikian kebudayaan ini penting sebagai
hiburan masyarakat yang selalu menginginkan perubahan dan hal-hal
yang baru.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KEANEKARAGAMAN BUDAYA

Bhineka tunggal ika (garuda) adalah lambang dari berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.
Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.
Bukti Sejarah
Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara berdampingan, saling mengisi, dan ataupun berjalan secara paralel. Misalnya kebudayaan kraton atau kerajaan yang berdiri sejalan secara paralel dengan kebudayaan berburu meramu kelompok masyarakat tertentu. Dalam konteks kekinian dapat kita temui bagaimana kebudayaan masyarakat urban dapat berjalan paralel dengan kebudayaan rural atau pedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu meramu yang hidup jauh terpencil. Hubungan-hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai ”Bhinneka Tunggal Ika” , dimana bisa kita maknai bahwa konteks keanekaragamannya bukan hanya mengacu kepada keanekaragaman kelompok sukubangsa semata namun kepada konteks kebudayaan.
Didasari pula bahwa dengan jumlah kelompok sukubangsa kurang lebih 700’an sukubangsa di seluruh nusantara, dengan berbagai tipe kelompok masyarakat yang beragam, serta keragaman agamanya, masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang sesungguhnya rapuh. Rapuh dalam artian dengan keragaman perbedaan yang dimilikinya maka potensi konflik yang dipunyainya juga akan semakin tajam. Perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat akan menjadi pendorong untuk memperkuat isu konflik yang muncul di tengah-tengah masyarakat dimana sebenarnya konflik itu muncul dari isu-isu lain yang tidak berkenaan dengan keragaman kebudayaan. Seperti kasus-kasus konflik yang muncul di Indonesia dimana dinyatakan sebagai kasus konflik agama dan sukubangsa. Padahal kenyataannya konflik-konflik tersebut didominsi oleh isu-isu lain yang lebih bersifat politik dan ekonomi. Memang tidak ada penyebab yang tunggal dalam kasus konflik yang ada di Indonesia. Namun beberapa kasus konflik yang ada di Indonesia mulai memunculkan pertanyaan tentang keanekaragaman yang kita miliki dan bagaimana seharusnya mengelolanya dengan benar.
Peran pemerintah: penjaga keanekaragaman
Sesungguhnya peran pemerintah dalam konteks menjaga keanekaragaman kebudayaan adalah sangat penting. Dalam konteks ini pemerintah berfungsi sebagai pengayom dan pelindung bagi warganya, sekaligus sebagai penjaga tata hubungan interaksi antar kelompok-kelompok kebudayaan yang ada di Indonesia. Namun sayangnya pemerintah yang kita anggap sebagai pengayom dan pelindung, dilain sisi ternyata tidak mampu untuk memberikan ruang yang cukup bagi semua kelompok-kelompok yang hidup di Indonesia. Misalnya bagaimana pemerintah dulunya tidak memberikan ruang bagi kelompok-kelompok sukubangsa asli minoritas untuk berkembang sesuai dengan kebudayaannya. Kebudayaan-kebudayaan yang berkembang sesuai dengan sukubangsa ternyata tidak dianggap serius oleh pemerintah. Kebudayaan-kebudayaan kelompok sukubangsa minoritas tersebut telah tergantikan oleh kebudayaan daerah dominant setempat, sehingga membuat kebudayaan kelompok sukubangsa asli minoritas menjadi tersingkir. Contoh lain yang cukup menonjol adalah bagaimana misalnya karya-karya seni hasil kebudayaan dulunya dipandang dalam prespektif kepentingan pemerintah. Pemerintah menentukan baik buruknya suatu produk kebudayaan berdasarkan kepentingannya. Implikasi yang kuat dari politik kebudayaan yang dilakukan pada masa lalu (masa Orde Baru) adalah penyeragaman kebudayaan untuk menjadi “Indonesia”. Dalam artian bukan menghargai perbedaan yang tumbuh dan berkembang secara natural, namun dimatikan sedemikian rupa untuk menjadi sama dengan identitas kebudayaan yang disebut sebagai ”kebudayaan nasional Indonesia”. Dalam konteks ini proses penyeragaman kebudayaan kemudian menyebabkan kebudayaan yang berkembang di masyarakat, termasuk didalamnya kebudayaan kelompok sukubangsa asli dan kelompok marginal, menjadi terbelakang dan tersudut. Seperti misalnya dengan penyeragaman bentuk birokrasi yang ada ditingkat desa untuk semua daerah di Indonesia sesuai dengan bentuk desa yang ada di Jawa sehingga menyebabkan hilangnya otoritas adat yang ada dalam kebudayaan daerah.
Tidak dipungkiri proses peminggiran kebudayaan kelompok yang terjadi diatas tidak lepas dengan konsep yang disebut sebagai kebudayaan nasional, dimana ini juga berkaitan dengan arah politik kebudayaan nasional ketika itu. Keberadaan kebudayaan nasional sesungguhnya adalah suatu konsep yang sifatnya umum dan biasa ada dalam konteks sejarah negara modern dimana ia digunakan oleh negara untuk memperkuat rasa kebersamaan masyarakatnya yang beragam dan berasal dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. Akan tetapi dalam perjalanannya, pemerintah kemudian memperkuat batas-batas kebudayaan nasionalnya dengan menggunakan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, dan militer yang dimilikinya. Keadaan ini terjadi berkaitan dengan gagasan yang melihat bahwa usaha-usaha untuk membentuk suatu kebudayaan nasional adalah juga suatu upaya untuk mencari letigimasi ideologi demi memantapkan peran pemerintah dihadapan warganya. Tidak mengherankan kemudian, jika yang nampak dipermukaan adalah gejala bagaimana pemerintah menggunakan segala daya upaya kekuatan politik dan pendekatan kekuasaannya untuk ”mematikan” kebudayaan-kebudayaan local yang ada didaerah atau kelompok-kelompok pinggiran, dimana kebudayaan-kebudayaan tersebut dianggap tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.
Setelah reformasi 1998, muncul kesadaran baru tentang bagaimana menyikapi perbedaan dan keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Yaitu kesadaran untuk membangun masyarakat Indonesia yang sifatnya multibudaya, dimana acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multibudaya adalah multibudayaisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan,1999). Dalam model multikultural ini, sebuah masyarakat (termasuk juga masyarakat bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan yang seperti sebuah mosaik tersebut. Model multibudayaisme ini sebenarnya telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: “kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah”.
Sebagai suatu ideologi, multikultural harus didukung dengan sistem infrastuktur demokrasi yang kuat serta didukung oleh kemampuan aparatus pemerintah yang mumpuni karena kunci multibudayaisme adalah kesamaan di depan hukum. Negara dalam hal ini berfungsi sebagai fasilitator sekaligus penjaga pola interaksi antar kebudayaan kelompok untuk tetap seimbang antara kepentingan pusat dan daerah, kuncinya adalah pengelolaan pemerintah pada keseimbangan antara dua titik ekstrim lokalitas dan sentralitas. Seperti misalnya kasus Papua dimana oleh pemerintah dibiarkan menjadi berkembang dengan kebudayaan Papuanya, namun secara ekonomi dilakukan pembagian kue ekonomi yang adil. Dalam konteks waktu, produk atau hasil kebudayaan dapat dilihat dalam 2 prespekif yaitu kebudayaan yang berlaku pada saat ini dan tinggalan atau produk kebudayaan pada masa lampau.





Menjaga keanekaragaman budaya
Dalam konteks masa kini, kekayaan kebudayaan akan banyak berkaitan dengan produk-produk kebudayaan yang berkaitan 3 wujud kebudayaan yaitu pengetahuan budaya, perilaku budaya atau praktek-praktek budaya yang masih berlaku, dan produk fisik kebudayaan yang berwujud artefak atau banguna. Beberapa hal yang berkaitan dengan 3 wujud kebudayaan tersebut yang dapat dilihat adalah antara lain adalah produk kesenian dan sastra, tradisi, gaya hidup, sistem nilai, dan sistem kepercayaan. Keragaman budaya dalam konteks studi ini lebih banyak diartikan sebagai produk atau hasil kebudayaan yang ada pada kini. Dalam konteks masyarakat yang multikultur, keberadaan keragaman kebudayaan adalah suatu yang harus dijaga dan dihormati keberadaannya. Keragaman budaya adalah memotong perbedaan budaya dari kelompok-kelompok masyarakat yang hidup di Indonesia. Jika kita merujuk kepada konvensi UNESCO 2005 (Convention on The Protection and Promotion of The Diversity of Cultural Expressions) tentang keragaman budaya atau “cultural diversity”, cultural diversity diartikan sebagai kekayaan budaya yang dilihat sebagai cara yang ada dalam kebudayaan kelompok atau masyarakat untuk mengungkapkan ekspresinya. Hal ini tidak hanya berkaitan dalam keragaman budaya yang menjadi kebudayaan latar belakangnya, namun juga variasi cara dalam penciptaan artistik, produksi, disseminasi, distribusi dan penghayatannya, apapun makna dan teknologi yang digunakannya. Atau diistilahkan oleh Unesco dalam dokumen konvensi UNESCO 2005 sebagai “Ekpresi budaya” (cultural expression). Isi dari keragaman budaya tersebut akan mengacu kepada makna simbolik, dimensi artistik, dan nilai-nilai budaya yang melatarbelakanginya.
Dalam konteks ini pengetahuan budaya akan berisi tentang simbol-simbol pengetahuan yang digunakan oleh masyarakat pemiliknya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungannya. Pengetahuan budaya biasanya akan berwujud nilai-nilai budaya suku bangsa dan nilai budaya bangsa Indonesia, dimana didalamnya berisi kearifan-kearifan lokal kebudayaan lokal dan suku bangsa setempat. Kearifan lokal tersebut berupa nilai-nilai budaya lokal yang tercerminkan dalam tradisi upacara-upacara tradisional dan karya seni kelompok suku bangsa dan masyarakat adat yang ada di nusantara. Sedangkan tingkah laku budaya berkaitan dengan tingkah laku atau tindakan-tindakan yang bersumber dari nilai-nilai budaya yang ada. Bentuk tingkah laku budaya tersebut bisa dirupakan dalam bentuk tingkah laku sehari-hari, pola interaksi, kegiatan subsisten masyarakat, dan sebagainya. Atau bisa kita sebut sebagai aktivitas budaya. Dalam artefak budaya, kearifan lokal bangsa Indonesia diwujudkan dalam karya-karya seni rupa atau benda budaya (cagar budaya). Jika kita melihat penjelasan diatas maka sebenarnya kekayaan Indonesia mempunyai bentuk yang beragam. Tidak hanya beragam dari bentuknya namun juga menyangkut asalnya. Keragaman budaya adalah sesungguhnya kekayaan budaya bangsa Indonesia.


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan keanekaragaman budayanya dan juga kaya akan alam hayatinya. Yang paling menarik dari bangsa ini adalah kuliner nusantaranya, karena bangsa ini banyak memiliki berbagai cita rasa masakan yang akan menggoyang lidah semua orang yang merasakannya. Dari berbagai bumbu racikan sampai dengan rempah-rempah yang dipergunakan, semuanya sangatlah alami yang berasal dari alam. Maka, tak heran apabila banyak orang yang ingin mencicipi masakan kuliner nusantara kita. Tapi banyak juga yang mengatakan bahwa masakan nusantara itu masih kalah dengan makanan-makanan ala barat atau yang sering kita sebut dengan makanan “junk food”. Padahal makanan seperti itu sangatlah tidak baik untuk kesehatan tubuh kita, tapi lagi-lagi banyak yang berpendapat bahwa makanan tersebut lebih praktis dan lebih mewah. Kenyataannya pendapat tersebut sangatlah tidak benar, jika kita terlalu sering mengkonsumsi makanan tersebut bisa-bisa kita terserang kolestrol dan berbagai penyakit lain. Maka dari itu, kita harusnya lebih menyukai masakan nusantara kita sendiri, selain sehat tapi juga murah harganya.
Selain itu juga budaya-budaya daerah harus lebih kita perhatikan lagi terutama harus dilestarikan sehingga budaya-budaya tersebut tidak hilang begitu saja. Kelak anak cucu kita dapat mewarisi budaya-budaya yang kita tinggalkan tersebut.
Ternyata Indonesia itu sangatlah mengagumkan dan kaya akan berbagai budaya dan keanekaragamannya. Oleh karena itu sangatlah penting untuk kita-kita untuk melestarikannya. Dan satu hal yang paling penting, kita jangan mudah terpengaruh oleh budaya-budaya luar yang mulai masuk ke bangsa ini. Kita harus lebih menghargai lagi budaya-budaya kita sendiri, oke teman-teman!!


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS